Oleh : Abdul Aziz Hasyim
Ketua Komisariat IMM UMS Surakarta
Ex. PD IPM Kab. Kutai Timur
Peristiwa
di Tolikara merupakan suatu kejadian yang menggemparkan umat islam khususnya
umat islam Indonesia, bagaimana tidak masjid yang merupakan tempat ibadah umat
muslim dibakar oleh golongan non muslim hingga hangus terbakar hanya menyisakan
puing-puin tak berguna dan plang nama masjid. Tak hanya itu pristiwa juga
terjadi di Cengkareng Jakarta Barat yaitu pengambil alihan masjid Assalam yang
didirikan oleh PC Muhammadiyah cengkareng oleh sekolompok orang yang tidak
dikenal , pristiwa-pristiwa seperti ini
seharusnya tidak hanya
sekedar
dilakukan proses penegakkan hukum namun juga menjadi sebuah perenungan terhadap
diri masing-masing, sudahkah kita menjadikan masjid sebagai sarana mendekatkan
diri kepada allah dengan cara memakmurkan mesjid.
“Hanyalah yang memakmurkan
masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
at-Taubah:18)
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu melihat orang rajin mendatangi masjid, maka persaksikanlah ia sebagai orang yang beriman.” (HR. Ahmad). Adapun langkah dalam memakmurkan masjid sebagai beriku :
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu melihat orang rajin mendatangi masjid, maka persaksikanlah ia sebagai orang yang beriman.” (HR. Ahmad). Adapun langkah dalam memakmurkan masjid sebagai beriku :
1. Membangun/mendirikan masjid
Membangun masjid memiliki keutamaan yang besar sebagaimana disabdakan
oleh Nabi Saw: “Barangsiapa membangun masjid –karena mengharap wajah Allah-
maka Allah akan membangunkan untuknya yang semisalnya di dalam syurga.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim disebutkan dengan lafal:
“rumah di dalam syurga.” Namun keutamaan tersebut hanya bisa dicapai dengan ikhlas
semata-mata karena Allah dan mengharap wajah Allah sebagaimana teks hadits di
atas.
2. Membersihkannya dan memberinya wewangian
Hal itu telah diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagaimana diceritakan oleh ‘Aisyah – “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam memerintahkan untuk membangun masjid-masjid di
perkampungan-perkampungan, (lalu) dibersihkan dan diberi wewangian.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah kehilangan seorang wanita atau pemuda berkulit hitam yang biasa menyapu sampah di masjid, beliau pun bertanya tentangnya, dan dijawab bahwa ia telah meninggal. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tidakkah kalian mengabarkan kepadaku?” Dia (Abu Hurairah ) berkata, “Seolah-olah mereka meremehkan kedudukan wanita atau pemuda tersebut.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tunjukkan kepadaku kuburannya!” Mereka pun menunjukkannya lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalatinya (yakni shalat atas jenazahnya) dan bersabda, “Sesungguhnya kuburan ini penuh kegelapan bagi penghuninya, tetapi Allah meneranginya untuk mereka dengan doaku buat mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dan ini adalah lafal Muslim).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah kehilangan seorang wanita atau pemuda berkulit hitam yang biasa menyapu sampah di masjid, beliau pun bertanya tentangnya, dan dijawab bahwa ia telah meninggal. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tidakkah kalian mengabarkan kepadaku?” Dia (Abu Hurairah ) berkata, “Seolah-olah mereka meremehkan kedudukan wanita atau pemuda tersebut.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Tunjukkan kepadaku kuburannya!” Mereka pun menunjukkannya lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalatinya (yakni shalat atas jenazahnya) dan bersabda, “Sesungguhnya kuburan ini penuh kegelapan bagi penghuninya, tetapi Allah meneranginya untuk mereka dengan doaku buat mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dan ini adalah lafal Muslim).
3. Dzikrullah, shalat dan tilawatul Qur’an
Perkara-perkara ini merupakan yang terpokok
dari tujuan dibangunnya masjid, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seorang a’rabi (Badui) yang kencing di
salah satu sudut masjid, setelah orang tersebut selesai dari kencingnya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sesungguhya masjid-masjid ini tidak
pantas digunakan untuk tempat kencing dan berak, tetapi hanyasanya ia
(dibangun) untuk dzikrullah, shalat dan membaca al-Qur’an.”
Oleh karena itu masjid merupakan tempat yang paling dicintai oleh Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah )
Adapun dzikrulllah maka ia merupakan amalan yang agung, dan sebaik-baik tempat dzikrullah adalah masjid. Ketika Allah mencela orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari menyebut nama Allah di dalam masjid-masjidNya, Allah menyebut mereka sebagai orang-orang yang paling aniaya. Allah berfirman, “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (QS. al-Baqarah:114)
Maknanya bahwa orang-orang yang menghidupkan masjid-masjid dengan dzikrullah dan memerintahkan manusia kepadanya merupakan sebaik-baik amal dan jauh dari perbuatan aniaya. Sedangkan shalat, khususnya shalat fardhu berjama’ah, di dalam masjid memiliki keutamaan yang besar, diantaranya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berwudhu untuk shalat, lalu dia menyempurnakan wudhunya, kemudian berjalan menuju shalat fardhu, lalu dia shalat bersama manusia –yakni bersama jama’ah di masjid-, niscaya Allah ampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu masjid merupakan tempat yang paling dicintai oleh Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah )
Adapun dzikrulllah maka ia merupakan amalan yang agung, dan sebaik-baik tempat dzikrullah adalah masjid. Ketika Allah mencela orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari menyebut nama Allah di dalam masjid-masjidNya, Allah menyebut mereka sebagai orang-orang yang paling aniaya. Allah berfirman, “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (QS. al-Baqarah:114)
Maknanya bahwa orang-orang yang menghidupkan masjid-masjid dengan dzikrullah dan memerintahkan manusia kepadanya merupakan sebaik-baik amal dan jauh dari perbuatan aniaya. Sedangkan shalat, khususnya shalat fardhu berjama’ah, di dalam masjid memiliki keutamaan yang besar, diantaranya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berwudhu untuk shalat, lalu dia menyempurnakan wudhunya, kemudian berjalan menuju shalat fardhu, lalu dia shalat bersama manusia –yakni bersama jama’ah di masjid-, niscaya Allah ampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim)
Dari semua hal yang dijelaskan diatas merupakan suatu kegiatan agar masjid tidak hanya dijadikan tempat singgah namun sebagai sarana untuk meningkatkan ketaqwaan kita melalui ibadah dan kegiatan-kegiatan yang bermamfaat dan akan terciptanya kerinduan akan mesjid didalam hati , sehingga peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kekerasan didalam masjid, pengambil alih kepengurusan tidak akan terjadi kembali
PANITIA SYIAR DAN
PENGGEMBIRA
DAERAH KUTAI TIMUR
Masjid AR Fachroeddin, Komplek Perguruan Muhammadiyah
Jl KH Ahmad Dahlan Sangatta Utara Kutai Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar